Oret

Aku terdiam memandang mesin cetaku dengan isikan kertas putih. Aku tatap nan terus ku tatap kertas itu. Ku putar nan terus ku gulung hingga terbentuk tabung. Namun aku bingung sungguh bingung. kertas itu tetap tak memberikan arti. Hingga ku teringat akan tinta hitam yang mengendap pada pena yang tersimpan pada gelas putih. sungguh memberi warna akan infirasi untuk mencoba mengoretkan tinta itu pada kertas putih.Hingga tercipta kata demi kata, kalimat demi kalimat dan paragraf demi paragraf . Yang tersusun rapi membentuk cerita. Dengan harapan memberi inspirasi bagi pembaca setia untuk tetap membaca dan berkarya. Semoga harapan ini Allah swt meridoinya,amin

CERPEN



               Katakan Untuk Tidak
Katanya mendapatkan cinta dari seorang perempuan itu mudah, sebagian orang laki-laki berpendapat. Bahkan ia menyakinkan sekali perkataannya padaku. Aku teringat jelas saat John berkata dengan gamblang apa yang ia lakukan pada pacarnya. Bahkan ia juga mempraktekan adegan berciuman dan adegan yang special. Mungkin bahasa kerennya ML (Making Love). Aku sangat heran melihat John dengan apa yang dia lakukan. Terkadang aku merasa terbius dengan kata-katanya dan terkadang pikiranku penuh dengan beberapa pertanyaan. Benarkah ia berlaku seperti itu? Ataukah hanya main-main saja? sekedar membohongi untuk mengelabuiku pada jalan yang sesat, yang menurut dia itu baik. Atau dia hanya pamer dengan kemampuannya sebagai seorang laki-laki? Aku sungguh tidak tahu sebenarnya yang ia lakukan.
“Man, dapetin cewek tu gampang. Gwa tinggal ngomong, semuanya pada ngikut apa yang gwa inginkan. Man nikmatnya saat malam tiba, bercumbu dan yang paling nikmat, ML man.”
Aku tersenyum saat dia menggandengku dan memeragakan adegan yang dilakukanya dengan pacar yang dicintainya bernama Yolanda. Yolanda adalah anak kota Metropolitan yang ia temui saat bekerja di Perusahaan Suwasta di Jakarta. Kedudukan karir Yolanda memang cukup dikagumi dalam perusahaan tersebut sebagai Staf Administrasi. Wajah cantik, kulit putih, hidung mancung, bibir kecil merah merona dengan lesung pipi yang Nampak, serta dagu terbelah. Membuat mudah mengenalinya. Semua mata tertuju padanya, terutama saat ia berjalan memasuki ruang kerjanya. Laksana Pragawati dengan  badan tingginya, pinggul bergoyang ke kiri dan ke kanan seirama dengan gerakan, kulit putih mulus dan berpakaian mini. Semua mata tertuju padanya,
“Sexi man, buat gwa kelepek-kelepek dekat dengannya”
Selain cantik, dia juga pintar. Sehingga tidak begitu lama ia mendapatkan karirnya. Bahkan ia pindahan dari Perusahaan lain yang bonafit di Jakarta. Namun bagi John, mendapatkan perempuan seperti itu merupakan tantangan tersendiri. Ia begitu gigih dan percaya diri dan mampu mendekati Yolanda. Walaupun John saat itu kedudukan di Perusahaan tersebut sebagai Staf Marketing. Tapi ia tidak berkecil hati dengan keadaannya. 
Aku teringat saat John menjelaskan dengan detil pertemuan dengan si jantung hatinya itu. Ketika ia berjalan menuju tempat kerjanya, John melihat Yolanda melenggang dengan manis. Karena ia sangat yakin perjumpaan kali ini bisa berhasil. Akhirnya ia menjalankan siasat rencananya dengan mulus. Dia sengaja berjalan berlawanan arah dengan Yolanda. Dan ia sengaja pula membantingkan bahunya pada bahu Yolanda. Sehingga perempuan cantik itu kaget dan melepaskan tas yang ia bawa. Namun ia sangat heran laki-laki seperti apa yang berani berlaku tidak sopan itu. Langsung ia mencari laki-laki yang membanting bahunya itu. Tepat di mata John, Yolanda melihat orang yang dia cari. Namun Ia terpaku, diam tak bersuara. Melihat mata biru yang tajam menusuk hati Yolanda. John memang keturunan Austarlia dan Prancis yang tinggal di Jakarta. Dengan kulit putih, badan tegap dan tinggi membuat ia dikagumi banyak perempuan disekitarnya. Namun ia selalu memilih untuk berpasangan dengan siapa yang cocok menurut hatinya.
Sebenarnya aku juga kaget, ia begitu nekat melakukan seperti itu demi mendapatkan keinginan hatinya. Namun apalah artinya bagiku, ia berhak melakukan apa yang disukainya. Apalagi ia dibesarkan dengan pergaulan barat yang serba bebas. Karekternya melekat sejak aku berteman dengannya. Dia orang yang keras kepala, apa yang diinginkannya harus ia dapatkan. Beberapa kali aku menasehatinya, Namun apalah guna kata-kataku, hanya sampah belaka didepanya. Kadang aku merasa jengkel bersamanya, tapi aku seorang teman yang harus bisa beradaptasi dengan lingkungan. Apalagi aku, baru berada di Jakarta ini. Suatu hari nanti mungkin ia merasakan akibat yang dilakukannya. Bukan aku mendoakan yang tidak baik, tapi setiap perbuatan pasti ada akibat baik buruknya.
Aku tersenyum dan terkadang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lakunya. John begitu asyik menceritakan,
“Man enak banget, palagi saat malam tiba. Itu hari yang kutunggu-tunggu, menikmati indahnya angin sepoi-sepoi dengan gemuruhnya air laut. Membuat badan kita semakin merapat dan terus merapat. Hangat dan empuk man, beeeeeeeeeeeeh. Apalagi semakin larut malam, pintu pila terbuka membuat aku semakin bersemangat bersamanya. Aku agkat dia, aku tidurkan, lalu aku buat dia menikmati segalanya. Malam  yang tak pernah aku lupakan sampai kapan-pun, Indah men.”
Aku hanya terdiam mendengarkan semua ceritanya. Dan terkadang aku menggelengkan kepala melihat John bertingkah liar. Mungkin seperti itu apa yang dilakukan pada Yolanda. Dan kejadian itu tidak semalam itu saja. Banyak malam-malam lain yang indah yang pernah ia lalui. Dan ternyata bukan hanya pada Yolanda saja, banyak perempuan lain yang pernah ia lakukan. Namun terkadang bosan melakukan semua itu. Ingin rasanya meninggalkan perbuatan kotornya. Tapi kebiasaan itulah yang menyebabkan ia terus melakukan, bahkan ketagihan katanya, seperti ia memakan Narkoba. Memang aku juga merasa, disaat melakukan perbuatan kotor, baik besar ataupun kecil. Aku merasa susah banget melepasanya, laksana noda yang melekat pada pakaian putih. Apalagi ini dosa besar.
Kini John terkapar lemas dengan badan kurus, muka pucat dan tak bergairah. Dokter pun memponis 3 bulan masa hidupnya. Penyakit yang dideritanya sangat parah dan ia kritis. Dokter tidak bisa menolong kesembuhannya, hanya obat penahan rasa sakit yang ia minum setiap saat. Itu pun mahal harganya, aku tidak mampu membelinya dengan keadaan seperti ini. Bahkan orang tuanya sudah menghabiskan uang sebesar 1 milyar untuk pengobatan anaknya. Ternyata Virus telah menggerogoti sel darahnya, menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak bisa menolak penyakit tersebut. Semua badanya dikelilingi oleh virus dan ternyata ia menderita penyakit HIV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar