Katanya mendapatkan cinta dari seorang perempuan itu mudah,
sebagian orang laki-laki berpendapat. Bahkan ia menyakinkan sekali perkataannya
padaku. Aku teringat jelas saat John berkata dengan gamblang apa yang ia lakukan
pada pacarnya. Bahkan ia juga mempraktekan adegan berciuman dan adegan yang special. Mungkin bahasa kerennya ML (Making Love). Aku sangat heran melihat
John dengan apa yang dia lakukan. Terkadang aku merasa terbius dengan
kata-katanya dan terkadang pikiranku penuh dengan beberapa pertanyaan. Benarkah
ia berlaku seperti itu? Ataukah hanya main-main saja? sekedar membohongi untuk
mengelabuiku pada jalan yang sesat, yang menurut dia itu baik. Atau dia hanya
pamer dengan kemampuannya sebagai seorang laki-laki? Aku sungguh tidak tahu
sebenarnya yang ia lakukan.
“Man, dapetin cewek tu gampang. Gwa tinggal ngomong, semuanya
pada ngikut apa yang gwa inginkan. Man nikmatnya saat malam tiba, bercumbu dan
yang paling nikmat, ML man.”
Aku tersenyum saat dia menggandengku dan memeragakan adegan
yang dilakukanya dengan pacar yang dicintainya bernama Yolanda. Yolanda adalah
anak kota Metropolitan yang ia temui saat bekerja di Perusahaan Suwasta di
Jakarta. Kedudukan karir Yolanda memang cukup dikagumi dalam perusahaan
tersebut sebagai Staf Administrasi. Wajah cantik, kulit putih, hidung mancung,
bibir kecil merah merona dengan lesung pipi yang Nampak, serta dagu terbelah.
Membuat mudah mengenalinya. Semua mata tertuju padanya, terutama saat ia
berjalan memasuki ruang kerjanya. Laksana Pragawati dengan badan tingginya, pinggul bergoyang ke kiri
dan ke kanan seirama dengan gerakan, kulit putih mulus dan berpakaian mini.
Semua mata tertuju padanya,
“Sexi man, buat gwa kelepek-kelepek dekat dengannya”
Selain cantik, dia juga pintar. Sehingga tidak begitu lama ia
mendapatkan karirnya. Bahkan ia pindahan dari Perusahaan lain yang bonafit di Jakarta. Namun bagi John,
mendapatkan perempuan seperti itu merupakan tantangan tersendiri. Ia begitu
gigih dan percaya diri dan mampu mendekati Yolanda. Walaupun John saat itu kedudukan
di Perusahaan tersebut sebagai Staf Marketing. Tapi ia tidak berkecil hati
dengan keadaannya.
Aku teringat saat John menjelaskan dengan detil pertemuan
dengan si jantung hatinya itu. Ketika ia berjalan menuju tempat kerjanya, John
melihat Yolanda melenggang dengan manis. Karena ia sangat yakin perjumpaan kali
ini bisa berhasil. Akhirnya ia menjalankan siasat rencananya dengan mulus. Dia sengaja
berjalan berlawanan arah dengan Yolanda. Dan ia sengaja pula membantingkan
bahunya pada bahu Yolanda. Sehingga perempuan cantik itu kaget dan melepaskan
tas yang ia bawa. Namun ia sangat heran laki-laki seperti apa yang berani
berlaku tidak sopan itu. Langsung ia mencari laki-laki yang membanting bahunya
itu. Tepat di mata John, Yolanda melihat orang yang dia cari. Namun Ia terpaku,
diam tak bersuara. Melihat mata biru yang tajam menusuk hati Yolanda. John
memang keturunan Austarlia dan Prancis yang tinggal di Jakarta. Dengan kulit
putih, badan tegap dan tinggi membuat ia dikagumi banyak perempuan
disekitarnya. Namun ia selalu memilih untuk berpasangan dengan siapa yang cocok
menurut hatinya.
Sebenarnya aku juga kaget, ia begitu nekat melakukan seperti
itu demi mendapatkan keinginan hatinya. Namun apalah artinya bagiku, ia berhak
melakukan apa yang disukainya. Apalagi ia dibesarkan dengan pergaulan barat
yang serba bebas. Karekternya melekat sejak aku berteman dengannya. Dia orang
yang keras kepala, apa yang diinginkannya harus ia dapatkan. Beberapa kali aku
menasehatinya, Namun apalah guna kata-kataku, hanya sampah belaka didepanya.
Kadang aku merasa jengkel bersamanya, tapi aku seorang teman yang harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan. Apalagi aku, baru berada di Jakarta ini. Suatu
hari nanti mungkin ia merasakan akibat yang dilakukannya. Bukan aku mendoakan
yang tidak baik, tapi setiap perbuatan pasti ada akibat baik buruknya.
Aku tersenyum dan terkadang tertawa terbahak-bahak melihat
tingkah lakunya. John begitu asyik menceritakan,
“Man enak banget, palagi saat malam tiba. Itu hari yang
kutunggu-tunggu, menikmati indahnya angin sepoi-sepoi dengan gemuruhnya air
laut. Membuat badan kita semakin merapat dan terus merapat. Hangat dan empuk
man, beeeeeeeeeeeeh. Apalagi semakin larut malam, pintu pila terbuka membuat aku
semakin bersemangat bersamanya. Aku agkat dia, aku tidurkan, lalu aku buat dia
menikmati segalanya. Malam yang tak
pernah aku lupakan sampai kapan-pun, Indah men.”
Aku hanya terdiam mendengarkan semua ceritanya. Dan terkadang
aku menggelengkan kepala melihat John bertingkah liar. Mungkin seperti itu apa
yang dilakukan pada Yolanda. Dan kejadian itu tidak semalam itu saja. Banyak
malam-malam lain yang indah yang pernah ia lalui. Dan ternyata bukan hanya pada
Yolanda saja, banyak perempuan lain yang pernah ia lakukan. Namun terkadang bosan
melakukan semua itu. Ingin rasanya meninggalkan perbuatan kotornya. Tapi
kebiasaan itulah yang menyebabkan ia terus melakukan, bahkan ketagihan katanya,
seperti ia memakan Narkoba. Memang
aku juga merasa, disaat melakukan perbuatan kotor, baik besar ataupun kecil.
Aku merasa susah banget melepasanya, laksana noda yang melekat pada pakaian
putih. Apalagi ini dosa besar.
Kini John terkapar lemas dengan badan kurus, muka pucat dan
tak bergairah. Dokter pun memponis 3 bulan masa hidupnya. Penyakit yang
dideritanya sangat parah dan ia kritis. Dokter tidak bisa menolong
kesembuhannya, hanya obat penahan rasa sakit yang ia minum setiap saat. Itu pun
mahal harganya, aku tidak mampu membelinya dengan keadaan seperti ini. Bahkan
orang tuanya sudah menghabiskan uang sebesar 1 milyar untuk pengobatan anaknya.
Ternyata Virus telah menggerogoti sel darahnya, menyebabkan kekebalan tubuhnya
tidak bisa menolak penyakit tersebut. Semua badanya dikelilingi oleh virus dan
ternyata ia menderita penyakit HIV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar